5 Hal Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Studio Antelope

Pernah dengar atau sudah tahu tentang Studio Antelope? Nama Studio Antelope sebenarnya sudah ada sejak 2011. Saya masih ingat betul, pada 1 Juni 2011, saya dan Florence Giovani mengadakan rapat berdua di McCafe, Kelapa Gading, dan menuliskan beberapa pilihan nama. Tak perlu waktu lama untuk kami memutuskan memilih nama Studio Antelope.

Oh ya, omong-omong, buat yang belum kenal, saya adalah Jason Iskandar, pendiri sekaligus CEO dan Creative Director dari Studio Antelope. Di artikel ini, saya ingin cerita sedikit tentang Studio Antelope serta hal-hal yang sering disalahpahami tentang Studio Antelope.

Jason Iskandar: 3 Pelajaran Berharga 2019

Sejak 2014, Studio Antelope memilih untuk fokus pada pembuatan konten audio-visual. Meskipun sudah mulai banyak yang mendengar atau mengetahui Studio Antelope, nampaknya masih ada beberapa hal yang sering disalahpahami.

Nah biar makin kenal melalui artikel ini, saya ingin memaparkan 6 hal yang harus kamu ketahui tentang Studio Antelope!

Studio Antelope Bukan Sekadar PH

Menurut saya, istilah PH (Production House) kurang tepat disematkan pada Studio Antelope. Production House adalah kelompok atau perusahaan yang aktivitasnya memproduksi film atau iklan.

Betul, salah satu aktivitas Studio Antelope adalah memproduksi, tetapi kami juga punya aktivitas lain yang tak kalah penting, seperti mengembangkan ide kreatif, merancang strategi penempatan media, sampai mendistribusikan konten ke media-media yang tepat.

Pada prinsipinya, Studio Antelope bukan sekadar eksekutor. Walaupun kami bekerjasama dengan brand tertentu, kami selalu menempatkan diri sebagai kolaborator. Kolaborasi memang salah satu nilai utama yang Studio Antelope percaya.

Salah satu misi utama Studio Antelope adalah menciptakan budaya kerja yang sehat dan kolaboratif di industri film. Dimulai dari Studio Antelope, lalu ke rekan-rekan yang bekerjasama dengan kami, dan harapannya dapat tersebar ke seluruh komunitas kreatif di Indonesia. Jadi, produksi hanyalah salah satu aktivitas kami.

Studio Antelope Bukan Cuma Akun Media Sosial

Sejak komunitas online kami mulai berkembang, banyak yang mengenal Studio Antelope dari media sosial, terutama Instagram. Oleh karena itu, tidak heran banyak yang menganggap Studio Antelope hanyalah akun Instagram yang gemar berbagi infografis dan tips menarik seputar filmmaking. Well, kayaknya saya harus cerita sedikit tentang awal mula Instagram kami.

Dulu akun Instagram Studio Antelope hanya kami pakai untuk mempromosikan karya-karya kami. Oleh karena itu, kami jarang ngepost. Lalu kami pikir sayang juga kalau akun ini tidak digunakan.

Macroad Linikini mengunjungi Studio Antelope!

Lalu munculah ide untuk membuat infografis. Semua materi yang dijadikan infografis lahir dari kegelisahan saya yang dulu kesulitan mencari materi untuk belajar film. Saya memang tidak sekolah film, jadi saya belajar film dari Internet. Atas dasar itulah, muncul dorongan untuk berbagi ilmu seputar filmmaking. Dan ternyata responnya sangat positif.

Instagram hanya salah satu alat kami untuk berkomunikasi. Misi kami adalah #BikinDanBerbagi. Kami tidak hanya mau sekedar bikin film atau konten saja, tetapi juga ingin berbagi inspirasi kepada teman-teman seperjuangan.

Studio Antelope Tidak Hanya Bikin Iklan

DNA Studio Antelope adalah film & cerita. Sejak lahirnya di tahun 2011, kami selalu membuat film, mulai dari film pendek sampai akhirnya di tahun 2021 kami akan merilis film panjang pertama kami, Akhirat: A Love Story. Oleh karena akar aktivitas kami adalah cerita, maka tak heran kerjasama kami dengan brand biasanya juga lewat project-project yang bersifat cerita, seperti film & web series.

Ada dua bagian di dalam Studio Antelope: Film & TV, lalu Commercial Services. Di bagian Commercial Services, kami berkolaborasi dengan brand untuk memproduksi konten yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga mampu menyuarakan statement dari brand dengan jelas dan lantang. So yes, we do commercial services, but it’s not the only thing.

Studio Antelope Terbuka Dengan Jurusan Apapun

Saya tidak pernah belajar film secara formal. Meskipun sejak SMA sudah membuat film, tapi saya tidak mengambil sekolah film. Ada dua alasan: pertama, karena mahal; kedua, saya merasa lebih membutuhkan ilmu yang dapat memperkaya apa yang saya ceritakan, maka saya mengambil sosiologi.

Oleh karena itu, saya tidak pernah mempersoalkan dimana seseorang belajar. Saya percaya setiap orang punya caranya sendiri-sendiri untuk belajar, dan tidak bisa dipaksakan hanya dengan satu cara tertentu. Di Studio Antelope, kami terdiri dari berbagai latarbelakang pendidikan: ada saya yang dari sosiologi, ada Florence (Head Producer) dari Desain Komunikasi Visual, ada yang dari jurusan Biologi, ada yang dari komunikasi, dan tentu saja ada pula yang dari sekolah film. Semakin ragam, semakin kaya.

Studio Antelope adalah Perusahaan Indonesia

Sudah lebih dari sekali saya ditanya apakah Studio Antelope adalah perusahaan asing. Mungkin karena nama Studio Antelope terdengar ‘asing’ atau ‘tidak Indonesia’. Padahal ada cerita menarik ketika memutuskan nama Studio Antelope dulu. Kami sengaja memadukan padanan kata Studio Antelope dan bukan Antelope Studio agar terdengar lebih Indonesia, sebab di bahasa Indonesia keterangan tempat pasti diletakan sebelum nama. Misal, “Rumah Makan Sederhana” atau “Toserba Jaya Raya”.

Ternyata masih ada juga yang salah paham. Tapi tak apa, melalui artikel ini saya dapat menjamin bahwa sampai saat ini pemilik saham Studio Antelope (PT. Studio Antelope Indonesia) adalah WNI dan semua modal yang ada di dalam perusahaan ini adalah modal dari dalam negeri.

No Comments

Post A Comment
×

Hello! Please contact our team below according to your needs.

× How can I help you?