Akhirnya JAFF-NETPAC Asian Film Festival datang lagi! Kamu udah beli tiket buat ke Jogja? Udah beli tiket-tiket filmnya? Dalam gelarannya yang ke-13 kali ini, JAFF-NETPAC akan menayangkan film-film terpilih dari sejumlah negara di Asia, beberapa di antaranya bahkan telah menerima penghargaan internasional dan ditayangkan dalam berbagai festival film ternama, seperti Busan International Film Festival dan Venice International Film Festival. Kalo kamu masih bingung mau nonton film apa, nih kami kasih rekomendasinya!
Anak-anak generasi 90an pasti masih inget nih sama Keluarga Cemara, sinetron ikonik tentang keseharian Abah si tukang becak dan keluarganya, Emak, Euis, Ara, dan Agil, yang dulu tayang tiap Minggu pagi. Nah, tahun ini, sinetron Keluarga Cemara dirilis ulang dalam bentuk film dan disutradarai oleh Yandy Laurens. Menurut Gina Noer, sang produser dan penulis skenario, Keluarga Cemara versi film akan memiliki plot yang sedikit berbeda dengan sinetronnya dulu. Penasaran kan? Yuk nostalgia bareng nonton Keluarga Cemara, jadwalnya ada di hari Kamis, 29 November 2018 jam 19.00 di Studio A Empire XXI, atau hari Sabtu, 1 Desember 2018 jam 13.00 di Studio B Empire XXI.
Film yang disutradarai oleh Aditya Ahmad dan berhasil terpilih jadi Best Short Film di Venice International Film Festival 2018 ini berkisah tentang Isfi, seorang remaja androgini yang terjebak dalam pusaran konstruksi sosial mengenai identitas gender. Selain bicara tentang kebebasan dalam menyelami identitas diri, film ini juga dibumbui dengan cerita-cerita persahabatan khas remaja dengan bumbu drama dan sukacita masa muda. Kamu tertarik buat nonton film ini?
Dengan latar cerita di Jawa Tengah pada tahun 1998, Robby Ertanto Soediskam mengemas Ave Maryam dengan cara yang klasik dan sederhana, tapi mengena. Kita bisa belajar banyak tentang cara menjadi manusia lewat kisah Maryam, seorang gadis Muslim yang bekerja melayani para biarawati-biarawati tua di Ambarawa, dan Yosef, seorang pastor liberal yang kemudian mencuri hati Maryam. Interaksi keduanya memberikan gambaran tak biasa tentang kehidupan beragama yang beragam, tentang bagaimana batas toleransi, loyalitas, dan komitmen semestinya terbangun. Penasaran pengen nonton film yang juga pernah ditayangkan dalam Cape Town International Film Market and Festival ini? Langsung aja pesen tiketnya buat hari Jumat, 30 November 2018 jam 19.00 di Studio A Empire XXI.
Kita harus banget bangga sama film ini, karena bukan cuma berhasil mewakili Indonesia buat tayang di Busan International Film Festival 2018, tapi 27 Steps of May juga berani buat mengangkat cerita tentang penyintas kasus pemerkosaan dan keluarganya dalam berdamai dengan masa lalu mereka. Lewat kepindahan seorang pesulap ke sebelah rumahnya, May mulai menata kehidupan dan beralih menuju masa depan. Pengen nonton akting Raihaanun (Lovely Man) dalam film keren ini? Tandai kalender kamu di tanggal 28 November jam 19.00 buat dateng ke Studio A Empire XXI atau tanggal 30 November jam 10.00 di tempat yang sama.
Siapa yang ga tau penyair Wiji Thukul? Meski belum diketahui rimbanya sampe sekarang, nama dan puisi-puisi Wiji Thukul masih jadi simbol perlawanan atas tirani. Salah satu yang terinspirasi dari puisi-puisi Wiji adalah justru anaknya sendiri, Fajar Merah, yang baru berusia 2 tahun ketika Wiji menghilang. Bersama seorang kawannya, di tahun 2010, ia membentuk sebuah band yang menjadikan puisi-puisi Wiji sebagai lirik lagu mereka. Selain membingkai perjalanan Fajar dalam menghadirkan Wiji melalui lagu-lagu yang ia tulis, Nyanyian Akar Rumput juga menunjukkan potret keluarga Wiji yang harus berjuang untuk damai dengan rasa kehilangan meski mereka telah melalui beberapa rezim pemerintahan. Film dokumenter ini akan ditayangkan di Studio A Empire XXI tanggal 2 Desember 2018 jam 19.00 dan di Cinema A Cinemaxx tanggal 3 Desember 2018 jam 16.00, jadi pastikan kamu segera pesen tiketnya!
Kami merekomendasikan film ini sebagai sebuah perspektif lokal menarik yang disuguhkan oleh Garin Nugroho tentang identitas gender dan situasi politik di Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Film ini mengajak penonton mengikuti Juno, seorang anak yang mulai mempertanyakan makna kebebasan dalam mengekspresikan tubuh setelah ia belajar menjadi seorang penari Lengger di Jawa Tengah. Kalo kamu penasaran sama film yang satu ini, bisa pesen tiket buat nonton di Studio A Empire XXI tanggal 3 Desember 2018 jam 19.00 atau di Cinema A Cinemaxx tanggal 4 Desember 2018 jam 10.00.
Buat pembaca setia tulisan-tulisannya Leila Chudori, pasti gak asing dengan judul film yang satu ini. Yap, Laut Bercerita (The Sea Speaks His Name) memang diadaptasi dari novel karya Leila yang berjudul sama. Dalam film berdurasi 30 menit ini, ia sendiri juga yang menulis skenarionya, bekerja sama dengan Pritagita Arianegara di bangku sutradara. Baik novel maupun film Laut Bercerita sama-sama membingkai kisah Biru Laut (diperankan oleh Reza Rahadian), seorang mahasiswa dan aktivis di tahun 1998, yang diculik oleh sekelompok orang tak dikenal. Tapi, kalau novel Laut Bercerita lebih banyak mengangkat cerita tentang kegiatan aktivisme Biru Laut dan kawan-kawannya, film Laut Bercerita sendiri lebih berpusat pada kehidupan keluarga Biru Laut yang ‘pincang’ setelah anak lelaki mereka hilang diculik dan, kalaupun meninggal dunia, tidak diketahui letak kuburannya. Penasaran? Karena ceritanya pun relevan dengan kehidupan aktivis dalam sejarah reformasi Indonesia, kami rekomendasikan film Laut Bercerita untuk kamu tonton pada Kamis, 29 November 2018 jam 16.00 di Studio B Empire XXI, atau hari Senin, 3 Desember 2018 jam 19.00 di Cinema B Cinemaxx Lippo Plaza.
Film dengan judul asli Manbiki Kazoku karya Hirokazu Kore-eda ini bercerita tentang Osamu, seorang laki-laki paruh baya yang menemukan seorang anak perempuan di jalanan setelah mengutil di supermarket, lalu mengajak anak tersebut ke rumah “keluarga”nya yang sederhana. Pertanyaan tentang asal usul si anak mulai bermunculan ketika tanda-tanda kekerasan ditemukan di tubuhnya, ditambah lagi ketika salah satu “anak laki-laki” mereka dijebloskan ke penjara. Kamu penasaran dengan apa yang terjadi dengan “keluarga” itu kemudian? Mending langsung amankan kursi kamu di Studio A Empire XI tanggal 28 November 2018 jam 16.00 karena tiketnya gratis dan bisa langsung dibeli sebelum film dimulai!
Film ini unik. Diproduksi dengan budget yang rendah, hanya dengan satu kali take, dan berkisah tentang zombie. Tapi lebih dari itu semua, film yang terpilih untuk ditayangkan dalam New York Asian Film Festival 2018 ini juga membingkai hubungan ayah dan anak perempuannya dengan gaya komedi yang dikemas secara menarik. Kalo kamu penasaran dengan gimana uniknya One Cut of The Dead, mending langsung ke Cinema A Cinemaxx tanggal 30 November 2018 jam 19.00 atau ke Studio B Empire XXI tanggal 2 Desember 2018 jam 10.00 karena pemutarannya gratis!
This post was published on November 26, 2018 12:16 pm
Dalam dunia sinematografi, teknik editing film adalah salah satu faktor kunci yang menentukan tempo…
Dalam dunia penulisan skenario, mengatur cerita ke dalam sequence yang terstruktur dengan baik adalah kunci…
Dalam dunia periklanan yang serba cepat, iklan 30 detik menawarkan tantangan unik untuk menyampaikan pesan…
Far East Film Festival 2024 yang berlangsung antara 24 April - 2 Mei 2024 di…
Dialog vs keheningan, mana yang kamu pilih saat menulis skenario? Dalam dunia penulisan skenario, memilih…
Dalam era digital saat ini, video telah menjadi salah satu alat pemasaran yang paling efektif…
View Comments