Guys udah tahu dong kalau setiap tanggal 30 Maret, kita memperingati Hari Film Nasional. Namun udah tahu belum cerita-cerita bersejarah di baliknya? Nah gimana kalau kita bahas satu per satu!
Pada tanggal 30 Maret 1950, film Darah dan Doa memulai syuting hari pertamanya. Film Darah dan Doa merupakan karya penting perfilman Indonesia, karena merupakan film pertama yang disutradarai orang Indonesia dan diproduksi oleh rumah produksi Indonesia.
Sebelum Darah dan Doa, sebetulnya sudah ada banyak film yang diproduksi di Indonesia. Sebut saja Loetoeng Kasaroeng (1926), Eulis Atjih (1927), sampai Njai Dasima (1929). Namun semua itu dibuat sebelum Indonesia merdeka dan oleh rumah produksi asing.
Usmar Ismail dan rumah produksi Perfini lah yang dianggap mempelopori produksi film nasional dan oleh karena itu hari pertama syutingnya dianggap sebagai Hari Film Nasional.
Sebetulnya HFN ini sudah ditetapkan oleh Dewan Film Nasional pada tahun 1962. Namun pada era 1980-an, wacana Hari Film Nasional ini diangkat kembali. PFN mengajukan tanggal 6 Oktober sebagai peringatan Hari Film Nasional. Tanggal 6 Oktober merupakan tanggal penyerahan perusahaan perfilman, Nippon Eiga Sha, ke pemerintah Indonesia, yang akhirnya jadi cikal bakal BFI (Berita Film Indonesia) dan PFN (Produksi Film Negara).
Namun wacana ini ditolak karena dianggap tidak mewakili nilai perjuangan.
Meskipun sudah diperingati sejak 1962, tetapi penetapan 30 Maret sebagai Hari Film Nasional baru dilakukan oleh Presiden Habibie lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Hari Film Nasional.
Di dalam Keppres tersebut, tertulis bahwa selain menetapkan 30 Maret sebagai Hari Film Nasional, tapi penetapan ini juga dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi para insan perfilman untuk meningkatkan prestasi dan derajat perfilman Indonesia secara regional, nasional, dan internasional.
Penetapan HFN tak lepas dari jasa Usmar Ismail dan Djamaludin Malik. Seperti yang sudah jelaskan sebelumnya, Usmar Ismail adalah pendiri Perfini (Perusahaan Film Indonesia) dan merupakan sutradara film Darah dan Doa. Sepanjang hidupnya, Usmar Ismail membuat banyak karya yang telah diputar di berbagai festival film internasional.
Nah selain Usmar Ismail, masih ada satu tokoh lagi yang tak kalah penting. Ia adalah Djamaludin Malik, pendiri Persari, yang juga merupakan rumah produksi Indonesia pertama bersama dengan Perfini milik Usmar Ismail. Berbeda dengan Usmar yang seorang sutradara, Djamaludin Malik adalah seorang produser.
Selain itu Djamaludin juga merupakan salah satu penggagas Festival Film Indonesia yang sudah berlangsung sejak 1955. Bersama Usmar, mereka kerap dianggap sebagai dwitunggal perfilman Indonesia.
Nah itu dia cerita dan sejarah di balik HFN. Sekarang udah tahu dong apa aja sih yang harus kita rayakan setiap peringatan HFN! Nah kalau kamu mau mempelajari lebih jauh tentang Usmar Ismail, kamu bisa buka artikel khusus tentang Usmar Ismail berikut ini.
Semoga dengan merayakan HFN, kita jadi semakin percaya diri dan termotivasi untuk membuat karya yang lebih baik lagi ya guys!
This post was published on March 29, 2022 4:52 pm
Dalam dunia sinematografi, teknik editing film adalah salah satu faktor kunci yang menentukan tempo…
Dalam dunia penulisan skenario, mengatur cerita ke dalam sequence yang terstruktur dengan baik adalah kunci…
Dalam dunia periklanan yang serba cepat, iklan 30 detik menawarkan tantangan unik untuk menyampaikan pesan…
Far East Film Festival 2024 yang berlangsung antara 24 April - 2 Mei 2024 di…
Dialog vs keheningan, mana yang kamu pilih saat menulis skenario? Dalam dunia penulisan skenario, memilih…
Dalam era digital saat ini, video telah menjadi salah satu alat pemasaran yang paling efektif…