Ada banyak orang yang mempunyai persepsi atau mitos tentang dunia perfilman, bener gak sih mitos itu atau malah fakta? Mari kita cek!
Kita sebagai remaja ataupun orang dewasa pasti pernah merasakan ketika sedang menonton film animasi teman kita memberikan komentar “iddihh nontonya film animasi kaya bocah aja”. Eits tetapi sesungguhnya tidak semua film animasi untuk anak-anak, tergantung segmentasi film animasi itu mau dipertontonkan untuk kalangan umur berapa, film animasi juga dapat dinikmati orang dewasa karena animasi bukan hanya sebuah genre, melainkan sebuah medium yang memungkinkan mengekspresikan kebebasan bercerita. Apakah sudah ada yang pernah nonton “Spirited Away”? Nah, coba deh setelah nonton itu apakah film animasi buat anak-anak aja?
Persepsi ini tentunya mitos. Karena pemberi dana untuk keperluan produksi film bisa datang dari investor, sponsor, co-production, lembaga donor, csr dan crowdfunding. Untuk jadi produser film dengan model 0 rupiah pun bisa, tinggal bagaimana mencari investor atau sponsor untuk mendanai produksi film yang akan diproduksi. Tugas seorang produser adalah merancang, mengatur dan mengelola segala aspek produksi mulai dari pra produksi sampai dengan pasca produksi.
Kebanyakan orang menganggap film yang tidak laku dipasaran adalah film dengan kualitas yang jelek. Misalnya saja Film Night Bus (2017) yang hanya disaksikan oleh 20ribu penonton dan bertahan selama seminggu di 105 layar. Walau kalah pamor dari segi penonton, Night Bus menonjol dari segi kualitas. Night Bus sukses memborong enam Piala Citra sekaligus. Selain Film Terbaik, Night Bus memenangkan kategori penata busana terbaik, penata rias terbaik, penyunting gambar terbaik, penulis skenario adaptasi terbaik, dan pemeran utama pria terbaik.
Mitos apa engga ya ini? Anggapan ini sering terjadi dikalangan orang tua yang anaknya ingin terjun kedunia perfilman hehe. Berapa sih sebenarnya gaji pekerja film? Misalnya pekerjaan seorang sound recording, dalam satu project bisa bekerja dalam seminggu sampai sebulan, bisa mendapatkan sampai Rp150 juta rupiah. Waaw gede juga kan? Jadi jangan anggap remeh pekerja film. Juga apapun pekerjaannya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh biar menjadi ahli dibidangnya!
Eh tunggu dulu, persepsi bugdet produksi film harus bermilyar-milyar ini mitos dunia perfilman aja sih. Beberapa film yang diproduksi hanya berbudget dibawah 1 milyar. Ada juga film Indonesia yang tayang di bioskop dengan budget produksi low budget biasanya itu film indie dan hanya berkisar seratusan juta rupiah saja. Diantaranya ada film Turah (2016) yang memiliki biaya produksi sebesar 100 juta rupiah, dan film Siti (2014) sebesar 150 juta rupiah, bahkan bisa dapat Penghargaan Piala Citra kategori Film Terbaik.
Nah, gimana setelah mengetahui ada mitos tentang dunia perfilman ini? Sebelumnya ada yang percaya ga? Terus sekarang masih percaya atau udah ngga nih?
This post was published on April 16, 2019 9:00 am
Dalam dunia sinematografi, teknik editing film adalah salah satu faktor kunci yang menentukan tempo…
Dalam dunia penulisan skenario, mengatur cerita ke dalam sequence yang terstruktur dengan baik adalah kunci…
Dalam dunia periklanan yang serba cepat, iklan 30 detik menawarkan tantangan unik untuk menyampaikan pesan…
Far East Film Festival 2024 yang berlangsung antara 24 April - 2 Mei 2024 di…
Dialog vs keheningan, mana yang kamu pilih saat menulis skenario? Dalam dunia penulisan skenario, memilih…
Dalam era digital saat ini, video telah menjadi salah satu alat pemasaran yang paling efektif…