Seorang sinematografer atau Director of Photography (kadang-kadang disingkat menjadi DP atau DOP) adalah kepala departemen kamera dan orang yang bertugas memimpin pengaturan pencahayaan dan kamera dalam sebuah produksi film, produksi televisi atau karya audio-visual lainnya.
Seorang DOP juga bertanggung jawab untuk membuat keputusan artistik dan teknis yang berkaitan dengan gambar. Studi dan praktik pada bidang ini disebut dengan sinematografi. Sinematografer atau DOP bertugas mewujudkan adegan yang sesuai dengan visi sutradara secara visual.
Nah di artikel ini kami akan membahas 8 sinematografer muda Indonesia yang karya dan perkembangannya perlu kamu amati!
Fahrul Tri Hikmawan atau lebih akrab dipanggil Ayunk adalah sinematografer muda Indonesia kelahiran 1985. Pada tahun 2019 kemarin, ia sempat membuat heboh skena film pendek Indonesia karena 3 dari 6 nominasi film pendek terbaik Festival Film Indonesia adalah karya kamera Ayunk. Penghargaan film pendek terbaik akhirnya jatuh ke Tak Ada Yang Gila di Kota Ini karya Wrgeas Bhanuteja yang juga merupakan karya Ayunk. Di bulan September 2020 ini, Ayunk baru saja menyelesaikan film panjang perdananya yang berjudul Akhirat: A Love Story karya sutradara Jason Iskandar. Karya-karya lainnya yang tak kalah ciamik antara lain, Bura (2019), Kembalilah Dengan Tenang (2019), Onomastika (2015), dsb.
Fahim Rauyan merupakan lulusan Institut Kesenian Jakarta dengan fokus pada bidang sinematografi. Pria kelahiran Purbalingga, 30 Juli 1988 ini biasa mengerjakan film, commercial video dan music video. Beberapa film yang pernah ia garap antara lain Sang Penggoda (2010), Garis Bawah (2012), Buang (2013), Garuda Power: The Spirit Within (2014), Turah (2016), Balik Jakarta (2016), dan terakhir film Eggnoid yang disutradarai Naya Anindita.
Gerry Habir adalah seorang sinematografer muda Indonesia yang perkembangannya perlu kamu amati. Memulai karir sebagai Camera Assistant di film Killers (2014), kini Gerry telah menangani berbagai film & series seperti The Returning, Brata, dan terakhir Generasi 90an Melankolia yang penayangannya harus tertunda karena pandemi COVID-19. Selain film, Gerry juga banyak mengerjakan iklan untuk berbagai brand seperti Dancow, Allianz, The Body Shop, dsb.
Bagoes Tresna Adji merupakan sinematografer muda Indonesia yang merupakan lulusan dari Universitas Multimedia Nusantara. Bagoes mengawali karir sebagai sinematografer film pendek. Di awal kariernya ia banyak bekerja sama dengan sutradara Monica Vanesa Tedja. Pada tahun 2018, ia bekerja sama dengan Jason Iskandar di film Dan Kembali Bermimpi yang diproduksi oleh Studio Antelope. Ia baru saja menyelesaikan film Story of Kale: When Someone’s In Love karya Angga Dwimas Sasongko yang akan tayang di Bioskop Online tahun 2020 ini.
Ivan Anwal Pane atau sering disapa Pane Kibo ini merupakan salah satu sinematografer yang patut kamu amati. Pria kelahiran Jakarta pada tanggal 13 Februari 1984 ini telah menggarap beberapa film populer seperti Surat Dari Praha (2016), Dear Nathan (2017), Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya (2018), dan Lily of the Valley, sebuah film pendek yang dibintangi Adhisty Zara. Sebelum mengerjakan film panjang, Pane Kibo banyak mengerjakan beberapa commercial video.
Sinematografer yang lahir di Jakarta pada 4 April 1985 ini merupakan alumnus Intitut Kesenian Jakarta tahun 2009 jurusan Sinematografi. Sejumlah pengalaman dan prestasinya tercatat sejak tahun 2005, dan hingga kini ia masih mengerjakan sejumlah proyek sebagai DOP. Beberapa film yang pernah digarapnya antara lain Titik Nol (2009), Kabar Gembira (2009), Hi5teria (2012), Cinta Tapi Beda (2012), Aroma of Heaven (2014), Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar (2014), Thieves (2014), Posesif (2017) Sebelum Iblis Menjemput (2018), dan Portals (2019).
Perempuan lulusan Universitas Indonesia jurusan periklanan angkatan 2008 ini, namanya sudah cukup terdengar di berbagai production house. Ia juga melanjutkan studinya di Bournemouth University jurusan Cinematography for Digital Film and Television. Bella banyak mengerjakan branded content atau pun TVC, music video seperti lagu Luruh – Isyana & Rara Sekar (OST. Milly Mamet), hingga beberapa film pendek.
Ferry Rusli adalah sinematgrafer muda Indonesia yang namanya sedang naik daun beberapa tahun belakangan. Film Love for Sale karya Andibachtiar Yusuf, yang merupakan karya film panjang perdananya, cukup menarik perhatian publik. Setelah Love for Sale, Ferry kembali didapuk menjadi sinematografer film sequelnya, Love for Sale 2. Selain menjadi sinematografer film, ia juga kerap mengerjakan beberapa iklan digital yang tidak kalah menarik.
Bagi teman-teman yang ingin menjadi sinematografer, semoga beberapa sinematografer muda Indonesia di atas bisa memotivasi kamu ya!
This post was published on October 27, 2020 9:00 am
Dalam dunia sinematografi, teknik editing film adalah salah satu faktor kunci yang menentukan tempo…
Dalam dunia penulisan skenario, mengatur cerita ke dalam sequence yang terstruktur dengan baik adalah kunci…
Dalam dunia periklanan yang serba cepat, iklan 30 detik menawarkan tantangan unik untuk menyampaikan pesan…
Far East Film Festival 2024 yang berlangsung antara 24 April - 2 Mei 2024 di…
Dialog vs keheningan, mana yang kamu pilih saat menulis skenario? Dalam dunia penulisan skenario, memilih…
Dalam era digital saat ini, video telah menjadi salah satu alat pemasaran yang paling efektif…