Our Story

Hangatnya Syuting Hari Pertama – Catatan Harian Produksi Elegi Melodi

Share

Ah, setelah lebih dari setahun tak melahirkan karya atas inisiatif sendiri, akhirnya kami bikin film lagi! Well, Balik Jakarta sepertinya masih terasa personal, karena proses kolaborasi dengan Kedubes Jerman memang membebaskan kami bereksplorasi. Namun, bagaimanapun juga kami ingin sekali kembali membuat film yang lahir atas gagasan kami sendiri. So, proses pengerjaan film terbaru kami yang berjudul Elegi Melodi terasa begitu spesial.

Memang sudah komitmen kami untuk membuat film atas inisiatif sendiri, setidak-tidaknya setahun sekali. Nah, Elegi Melodi adalah pengamalan komitmen ini. Selama hampir sebulan, kami berproses bersama teman-teman kami, anak-anak muda yang punya passion yang sama dalam film, untuk berkarya bersama. Sekali lagi, kami mengucapkan terimakasih pada teman-teman yang sudah mau melibatkan diri.

 

Elegi Melodi sendiri bercerita tentang seorang perempuan berusia 60 tahun yang setelah divonis kanker, memutuskan untuk mewujudkan cita-citanya sejak muda dulu: menjadi penyanyi dan merekam video klip. Ia ingin video klip tersebut ditampilkan di malam pemakamannya. Ia pun meminta bantuan, Rio, anak laki-lakinya yang berprofesi sebagai gamer. Perjalanan ini mempertemukan mereka pada Akmal, seorang kamerawan televisi swasta yang punya visi yang aneh.

Film ini sejatinya adalah proyek film panjang pertama kami dan Jason Iskandar sebagai penulis dan sutradara. Akan tetapi, supaya penonton bisa merasakan dulu atmosfernya, produser Florence Giovani memutuskan untuk membuat versi pendeknya terlebih dahulu. Selain Jason Iskandar, kami pun bergabung kembali dengan beberapa teman yang sudah pernah bekerjasama dengan kami sebelumnya, antara lain Dayu Wijanto yang berperan sebagai Melodi (sebelumnya  ia berperan sebagai Ibu Mira di Rumah Kos Ibu Mira), kemudian Alfian Phang sebagai Rio (sebelumnya berperan sebagai ayah di Mothercare: New Mom’s Diary), dan Yoga Mohamad sebagai Akmal (sebelumnya berperan sebagai Togar di film Balik Jakarta).

 

Tidak hanya itu, kami juga bekerjasama dengan Melissa Karim, yang tentu sudah pernah kalian lihat di beberapa film Indonesia, seperti My Stupid Boss (Upi, 2016), Filosofi Kopi (Angga Dwimas Sasongko, 2015), hingga Cek Toko Sebelah (Ernest Prakasa, 2016). Di jajaran kru, kami pertama kali bekerjasama dengan Leontius Tito, yang karyanya sudah kalian kenal lewat film Lemantun (Wregas Bhanuteja, 2015) dan iklan Mister Potato yang disutradarai oleh Rein Maychelson dan Chandra Liow. Dira Nararyya, yang sudah seringkali bekerjasama dengan kami, ditunjuk menulis lagu tema yang dinyanyikan langsung oleh Dayu Wijanto.

Related Post

 

Syuting film ini berlangsung selama 4 hari. Hari pertama di Jakarta dan seterusnya di Puncak, Cipanas, Jawa Barat. Hari pertama syuting berlangsung hanya di satu lokasi, yaitu Ruang Kita, Tebet Jakarta. Meskipun hanya satu lokasi, syuting hari pertama berlangsung cukup panjang, dikarenakan ada puluhan extras yang terlibat. Selain itu, tim artistik yang dipimpin art director Joshua Dwi, juga bekerja lebih ekstra karena harus mengubah ruang serbaguna menjadi rumah duka, lengkap dengan peti mati di ujung ruangan.

Hari pertama berjalan lancar. Dimulai dengan pengambilan gambar di lobi Ruang Kita yang disulap jadi studio televisi Akmal, hingga siangnya berpindah ke dalam ruang serbaguna untuk mengambil set Rumah Duka. Semenjak hari pertama, kehangatan di antara teman-teman yang terlibat pun sudah terasa. Suasana intim, hangat, dan penuh semangat inilah yang sungguh kami rindukan dalam membuat film.

Hari pertama pun berjalan tepat waktu. Sesuai rencana, syuting hari pertama berlangsung sekitar sepuluh jam. Tepat pukul 6 sore, semua gambar yang dibutuhkan cerita berhasil diambil. Setelah beres-beres, kami pun harus segera berangkat ke Puncak, Jawa Barat agar punya waktu untuk beristirahat. Perjalanan dari Jakarta ke Puncak memakan waktu 2 jam, terkadang bisa lebih dari itu jika macet menghadang. Sekitar pukul 7 malam, kami berangkat dengan mengendarai 4 mobil dan 1 truk yang menampung peralatan & perlengkapan syuting kami.

Rencananya, keesokan harinya syuting dimulai pukul 7 pagi. Oleh karena itu, sesampainya di Puncak pukul 9 malam, tak banyak lagi yang kami kerjakan selain beristirahat. Kami menginap di komplek villa Green Apple, Cipanas, alias di tempat yang sama dengan rumah yang dijadikan set. Seperti apa catatan produksi Elegi Melodi di hari-hari berikutnya?! Simak terus keseruan proses di balik layar film Elegi Melodi!

This post was published on October 28, 2017 11:08 am

Published by

Recent Posts

Menguasai Teknik Editing Film: Fast Cut vs Slow Pace

  Dalam dunia sinematografi, teknik editing film adalah salah satu faktor kunci yang menentukan tempo…

April 24, 2024

Memahami 8 Sequences dalam Penulisan Skenario: Struktur Standar Film Hollywood

Dalam dunia penulisan skenario, mengatur cerita ke dalam sequence yang terstruktur dengan baik adalah kunci…

April 23, 2024

Mengoptimalkan Pesan dalam Iklan 30 Detik: Strategi Efektif untuk Brand

Dalam dunia periklanan yang serba cepat, iklan 30 detik menawarkan tantangan unik untuk menyampaikan pesan…

April 22, 2024

Sorotan Khusus pada Sinema Indonesia di Far East Film Festival 2024

Far East Film Festival 2024 yang berlangsung antara 24 April - 2 Mei 2024 di…

April 20, 2024

Dialog vs Keheningan dalam Penulisan: Mana Yang Kamu Pilih?

Dialog vs keheningan, mana yang kamu pilih saat menulis skenario? Dalam dunia penulisan skenario, memilih…

April 19, 2024

8 Manfaat Menggunakan Video dalam Strategi Periklanan Anda

Dalam era digital saat ini, video telah menjadi salah satu alat pemasaran yang paling efektif…

April 18, 2024