Hari Film Nasional yang akan datang pada tanggal 30 Maret adalah kesempatan yang sempurna untuk menjelajahi kembali sejarah perfilman Indonesia. Setelah kita membahas perkembangan film dari tahun 1900 hingga 1950 dalam artikel sebelumnya, sekarang saatnya untuk memahami sejarah film Indonesia 1951-2000. Inilah titik balik sejarah perfilman Indonesia yang menarik!
Tahun 1951 menjadi penanda penting dalam sejarah perfilman Indonesia. Pada tahun ini, bioskop Metropole didirikan, dan ini merupakan tonggak berdirinya bioskop yang kemudian berkembang pesat di seluruh negeri. Perkembangan ini juga mencapai puncaknya pada tahun 1955 ketika pengusaha bioskop membentuk GABSI (Gabungan Bioskop Seluruh Indonesia) sebagai hasil dari peleburan dua persatuan pengusaha bioskop.
Era ini diwarnai oleh ketegangan politik global antara blok Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Beberapa film dianggap sebagai “agen imperialisme Amerika Serikat” dan mengalami boikot. Ketegangan politik ini menyebabkan bioskop dan industri film mengalami kemunduran.
Ketegangan semakin meningkat hingga mencapai puncaknya dengan peristiwa G30S. Setahun setelahnya, pemerintah melakukan sanering mata uang yang mengakibatkan inflasi tinggi, yang berdampak buruk pada industri film Indonesia. Pasokan film nasional tidak mencukupi, dan Indonesia terpaksa mengimpor film dari luar negeri.
Dekade 1970-an sering dianggap sebagai masa keemasan perfilman Indonesia. Produksi film meningkat pesat, bioskop semakin banyak, dan genre film semakin beragam. Banyak karya penting, seperti “Ratapan Anak Tiri”, “Bernafas Dalam Lumpur”, dan “Badai Pasti Berlalu”, lahir pada dekade ini.
Teknologi berkembang pesat, dan televisi tidak terkecuali. TVRI adalah satu-satunya saluran televisi hingga tahun 1989, ketika RCTI mulai mengudara. Ini juga adalah masa di mana banyak profesional film beralih ke televisi.
Di akhir dekade 1980-an dan awal 1990-an, film Indonesia menghadapi tantangan. Banyak film yang lebih mengejar adegan sensasi daripada nilai artistik. Produksi film Indonesia menurun drastis. Salah satu sineas yang tetap konsisten adalah Garin Nugroho.
Tahun 1996 dan 1997 menjadi titik balik dengan munculnya film “Kuldesak.” Dibuat secara independen oleh empat sineas muda: Riri Riza, Mira Lesmana, Nan Achnas, dan Rizal Mantovani, film ini dianggap sebagai awal dari kebangkitan industri film Indonesia.
Salah satu film yang menjadi ikon dari kebangkitan perfilman Indonesia adalah “Petualangan Sherina” yang diproduksi oleh Miles Films. Hanya dalam dua minggu penayangannya di tahun 2000, film ini berhasil menarik 350.000 penonton, sebuah angka yang luar biasa besar pada saat itu.
Itu dia sejarah film Indonesia 1951-2000. Berikutnya kita akan membahas lebih lanjut tentang perkembangan perfilman Indonesia dari tahun 2001 hingga 2022. Yuk klik link tersebut!
This post was published on August 31, 2023 4:57 pm
Dalam dunia sinematografi, teknik editing film adalah salah satu faktor kunci yang menentukan tempo…
Dalam dunia penulisan skenario, mengatur cerita ke dalam sequence yang terstruktur dengan baik adalah kunci…
Dalam dunia periklanan yang serba cepat, iklan 30 detik menawarkan tantangan unik untuk menyampaikan pesan…
Far East Film Festival 2024 yang berlangsung antara 24 April - 2 Mei 2024 di…
Dialog vs keheningan, mana yang kamu pilih saat menulis skenario? Dalam dunia penulisan skenario, memilih…
Dalam era digital saat ini, video telah menjadi salah satu alat pemasaran yang paling efektif…