Sejarah Film Indonesia 1900-1950: Perjalanan Panjang Sinema Indonesia

Film Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan penuh warna. Dalam rangka menyambut perayaan Hari Film Nasional yang akan tiba pada tanggal 30 Maret, mari kita melakukan perjalanan singkat kembali ke masa lalu dan menjelajahi sejarah film Indonesia 1900-1950.

Inilah cerita menarik tentang bagaimana perfilman Indonesia tumbuh dan berkembang dari sebelum tahun 1900 hingga tahun 1950.

Orkestra wanita Stamboel dari "Komedie Vereeniging De Eendracht Indo" yang dipimpin oleh Marie Oord, mungkin di Jawa.

Orkestra Wanita Stamboel | Sumber foto: Arsip Leiden University 

Sebelum 1900: Berawal dari Seni Pertunjukan

Sebelum film menjadi medium hiburan utama, masyarakat Indonesia menghibur diri dengan pertunjukan panggung. Pertunjukan tersebut dikenal dengan sebutan “Toneel Melajoe” atau, setelahnya, “Komedi Stamboel.” Banyak dari cerita-cerita ini berlatar belakang Istanbul yang menjadi populer di kalangan penonton.

1900: Pemutaran Film Pertama

Pada tahun 1900, hanya lima tahun setelah media film diperkenalkan di Prancis oleh Lumiere Bersaudara, Indonesia menyaksikan pemutaran film pertama. Pemutaran ini terjadi di Batavia (sekarang Jakarta). Film yang diputar adalah dokumenter perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag.

1903: Kemunculan Bioskop Pertama

Tiga tahun kemudian, rumah seorang pengusaha diubah menjadi bioskop pertama di Indonesia yang diberi nama “The Royal Bioscoope.” Film-film cerita mulai diimpor dari Amerika Serikat beberapa tahun setelahnya.

1926: Coba-Coba Bikin Film

Tahun 1926, Indonesia akhirnya menciptakan film pertamanya. Sutradara Belanda bernama L. Heuveldorp menciptakan film berjudul “Loetoeng Kasaroeng.” Film ini diproduksi oleh perusahaan “Java Film Company” dan diputar perdana di Bandung.

1926-1942: Ramai-Ramai Produksi Film

Setelah kesuksesan “Loetoeng Kasaroeng,” berbagai produser datang dan mendirikan perusahaan film di Indonesia. Di antaranya adalah Nelson Wong, seorang produser film Tiongkok yang mendirikan “Wong Brothers,” serta dua adiknya, Joshua & Otniel Wong, yang mendirikan “Halimoen Films.”

1931: Sineas Tionghoa Indonesia

Hampir 20 tahun sebelum Usmar Ismail menciptakan film “Darah dan Doa,” seorang sineas Tionghoa Indonesia bernama The Teng Chun menciptakan film “Boenga Roos dari Tjikembang,” yang mengisahkan kehidupan dua generasi etnis Tionghoa di Hindia Belanda.

1937: Film Terang Boelan

Tahun 1937 menjadi momen penting dalam sejarah perfilman Indonesia. Sutradara kelahiran Belanda, Albert Balink, menciptakan film “Terang Boelan,” yang sukses secara komersial. Sejarawan Misbach Yusa Biran menyebut film ini sebagai titik tolak perkembangan perfilman Indonesia.

1942-1945: Film Propaganda Jepang

Selama pendudukan Jepang di Hindia Belanda, film digunakan sebagai alat propaganda. Ini menyebabkan penurunan produksi film lokal. Meskipun demikian, beberapa seniman, termasuk Usmar Ismail, mendirikan kelompok-kelompok sandiwara.

Sejarah Film Indonesia 1900-1950

1950: Usmar Ismail Membuat Darah dan Doa

Tanggal 30 Maret 1950 menjadi tanggal bersejarah ketika Usmar Ismail memulai syuting film “Darah dan Doa.” Film ini dianggap sebagai film Indonesia pertama karena dibuat oleh “orang Indonesia asli” (Usmar Ismail) dan diproduksi oleh perusahaan film milik “orang Indonesia asli” (Perfini milik Usmar Ismail).

Inilah sejarah singkat perfilman Indonesia dari tahun 1900 hingga 1950. Pantau terus akun kami untuk melanjutkan perjalanan menarik ini ke era 1951-2000 dalam sejarah perfilman Indonesia. Jangan lewatkan!

Sumber:

 

Itu dia sejarah film Indonesia 1900-1950. Dengan sejarah yang kaya dan beragam ini, tidak ada keraguan bahwa perfilman Indonesia memiliki akar yang dalam dan terus berkembang menjadi salah satu industri hiburan yang paling menarik di dunia.

Dalam bagian berikutnya, kita akan mengeksplorasi lebih lanjut perjalanan menarik perfilman Indonesia dari tahun 1951 hingga 2000.

No Comments

Post A Comment
×

Hello! Please contact our team below according to your needs.

× How can I help you?