Mengenal Usmar Ismail dan Karyanya

Setahun setelah peristiwa reformasi di Indonesia pada tahun 1998, Presiden B. J. Habibie, secara resmi menetapkan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional. Tanggal 30 Maret dipilih karena merupakan hari pertama syuting film Darah & Doa, karya sutradara Usmar Ismail, yang merupakan film pertama yang diproduksi oleh sutradara dan perusahaan film Indonesia.

Mengenal Usmar Ismail, Bapak Perfilman Indonesia dan Karyanya

Darah dan Doa menjadi film pertama yang diproduksi Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini), sekaligus menandakan kelahiran industri perfilman tanah air. Di balik film tersebut terdapat sosok sutradara yang mengarahkan jalannya produksi, yaitu seorang sastrawan berdarah bangsawan Minang yang bernama Usmar Ismail.

Hari syuting pertama film Darah dan Doa, 30 Maret, ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.

Tentu saja Usmar Ismail menjadi sosok yang berjasa dalam lahirnya industri perfilman di Indonesia, yang kemudian membuatnya dihormati sebagai Bapak Perfilman Nasional. Untuk memperingati jasa-jasanya, mari kita mengenal Usmar Ismail dan karyanya lebih lanjut melalui sejarah singkat yang telah kami rangkum!

Tumbuh Dekat Dengan Sastra

Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada tanggal 20 Maret 1921. Ia merupakan anak bungsu dari pasangan Datuk Tumenggung Ismail dan Siti Fatimah. Di bawah didikan darah bangsawan, ia beserta kelima kakaknya dididik dengan mengedepankan bahasa Melayu tinggi.

Sehingga tak heran jika ia tumbuh dengan bakat sastra yang juga mengalir dalam dirinya. Riwayat pendidikan yang ia tempuh juga berdekatan dengan dunia seni dan sastra, sesekali ia bertatap muka dengan film. Namun jauh sebelum terjun dalam dunia perfilman, ia dikenal terlebih dahulu sebagai seorang sastrawan.

Mulai Membuat Film

Film pertama yang diproduksi di Indonesia memang bukan karya Sang Bapak Perfilman Nasional ini. Seperti yang diketahui dalam sejarah perfilman nasional, “Loetoeng Kasaroeng” produksi Java Film Company yang digarap orang-orang Belanda menjadi film yang pertama diproduksi dan diputar di Indonesia.

Bahkan, film pertama yang digarap olehnya pun bukanlah karya yang menjadikannya Bapak Perfilman Nasional. Justru Darah dan Doa yang merupakan film ketiganyalah yang membuatnya demikian, hal ini dikarenakan Usmar Ismail menganggap film tersebut merupakan karya pertamanya yang benar-benar murni tanggung jawabnya sebagai sebagai seorang pembuat film.

Bisnis & Politik

Selain sebagai Bapak Perfilman Nasional, Usmar Ismail juga berjasa dalam perkembangan pariwisata Jakarta melalui karya film-filmnya dan juga bisnis kelab malam bernama Miraca Sky Club yang pernah ia jalani. Namun sayangnya, bisnis kelab malamnya yang berada di puncak gedung Sarinah ini terpaksa ditutup karena mendapat tentangan dari Presiden Soeharto.

Selain itu, ia juga mendirikan Akademi Teater Nasional Indonesia, dan juga aktif di berbagai organisasi dan dalam aktifitas politik di Indonesia.

Perjalanan Karir hingga Penjara

Produktivitas Usmar Ismail dalam berkarya dimulai dari dunia sastra dan sandiwara, bakat sastranya pun sudah ia tunjukkan sejak masa sekolah. Melalui sebuah drama radio yang dimainkan semasa ia bekerja di Pusat Kebudayaan Jepang pada era kolonial, ia pun memulai karirnya.

Ia juga pernah menulis lirik lagu, naskah teater, dan juga mendirikan sebuah kelompok sandiwara yang memainkan naskah sastra drama dengan teknik teater barat. Berkat kelompok sandiwara bernama Maya yang didirikannya, ia juga dikenal sebagai pelopor drama modern di Indonesia.

Namun tak hanya berkarya dalam dunia sastra, Usmar Ismail juga pernah menempuh karir militer dan jurnalistik. Ia pernah menjalani dinas sebagai tentara hingga berpangkat Mayor, menjadi wartawan politik untuk Kantor Berita Antara Jakarta, serta mendirikan beberapa surat kabar.

Dalam menjalani karirnya sebagai wartawan politik, ia dipenjarakan oleh Belanda selama setahun atas tuduhan melakukan subversi. Setelah bebas dari penjara, barulah ia menaruh minat penuh terhadap dunia perfilman dan memutuskan untuk terjun ke dalamnya.

Karya Usmar Ismail

Film pertama yang digarap oleh Usmar Ismail setelah bebas dari penjara adalah “Harta Karun”, ia diajak untuk membantu penggarapan film tersebut oleh sutradara Andjar Asmara. Film yang menjadi sejarah sejarah nasional yang ia garap adalah Darah dan Doa. Pasalnya, hari pertama pengambilan film Darah dan Doa ditetapkan Hari Film Nasional, tepatnya 30 Maret.

Salah satu cara untuk mengenal Usmar Ismail sebagai Bapak Perfilman Indonesia adalah melalui karyanya. Karya filmnya yang lain adalah Lewat Djam Malam (1954), yang mendapatkan Piala Citra kategori Film Terbaik (1955). Tiga Dara (1956), film drama musikal yang ia garap ini sudah dua kali di remake. Pertama berjudul Tiga Dara Mencari Cinta (1980) oleh Djun Saptohadi dan yang kedua disutradarai Nia Dinata dengan judul Ini Kisah Tiga Dara (2016).

Salah satu film Usmar Ismail yang laris adalah Tiga Dara.

Tiga Dara karya Usmar Ismail diremake menjadi Ini Kisah Tiga Dara oleh sutradara Nia Dinata

Tiga Dara mendapatkan sorotan penonton yang sangat besar dan menguntungkan Perfini, sebagai rumah produksi. Namun, Usmar Ismail merasa film buatannya tersebut tidak sesuai dengan visi Perfini. Tetapi, tiga dua tahun kemudian, Usmar Ismail kembali membuat film drama musikal berjudul Asmara Dara, film yang mempopulerkan Suzanna sebagai aktris.

Apakah ada yang sudah pernah menonton film karya Usmar Ismail atau ada yang sedang merencanakan menontonnya untuk mengenal Usmar Ismail lebih jauh?

No Comments

Post A Comment
×

Hello! Please contact our team below according to your needs.

× How can I help you?