Jason Iskandar: 3 Pelajaran Berharga 2019

Ulasan Akhir Tahun: 3 Pelajaran Berharga Di Tahun 2019

Tahun 2019 sebentar lagi usai. Bagi saya pribadi, 2019 adalah tahun yang paling terasa cepat sepanjang hidup saya. Rasanya baru kemarin kembang api tahun 2019 meletup, tahu-tahunya 2020 sudah di depan mata. Ada banyak peristiwa menarik yang terjadi sepanjang 2019, baik peristiwa menyenangkan, menyedihkan, mendongkolkan, sampai membanggakan. Apapun itu yang pasti saya belajar banyak di tahun 2019.

Ada tiga rutinitas utama yang saya jalani sepanjang 2019. Pertama, mengembangkan dan menulis film panjang perdana saya setelah 12 tahun membuat film pendek. Film panjang ini adalah kolaborasi Studio Antelope dengan BASE Entertainment yang akan syuting awal tahun depan. Kedua, mengelola Studio Antelope, yang tahun ini misi utamanya adalah mengarahkan diri pada proyek-proyek bercerita. Dan ketiga, menghabiskan waktu bersama keluarga.

Melalui tulisan ini, saya mencoba merenungkan kembali pelajaran berharga apa saja yang saya dapat sepanjang 2019. Saya membagi artikel ini ke dalam tiga bagian: pertama, pelajaran yang saya dapat sebagai pembuat film. Kedua, sebagai pengelola bisnis, dalam hal ini Studio Antelope. Terakhir, sebagai pribadi. Simak pemaparannya di bawah ini.

Sebagai Pembuat Film: Membaca Adalah Bagian Penting Dari Menulis

Seperti yang sudah saya ungkapkan sebelumnya, sepanjang 2019 saya giat mengembangkan dan menulis film panjang perdana saya. Secara garis besar, mengembangkan dan menulis skenario proyek ini adalah pengalaman yang menyenangkan, meskipun tentu saja ada banyak tantangan.

Tantangan yang paling terasa adalah kemampuan teknis. Sebelumnya saya tidak menyadari bahwa penulisan skenario film bersifat sangat teknis, bahkan cenderung matematis. Ada banyak sekali kalkulasi, seperti ketukan, tempo, hingga pembangunan adegan yang harus dihitung masak-masak.

Skenario yang terstruktur dengan baik terdiri dari turning point setiap 15 halaman sekali. Di turning point yang lebih besar, seperti break into second act, midpoint, dan break into third act membutuhkan kejadian yang lebih besar, dan itu semua terjadi ada halaman tertentu, yaitu halaman 30 (break into second act), halaman 60 (midpoint), dan halaman 90 (break into third act).

Memahami ‘matematika’ penulisan skenario membantu saya mengatur napas dalam bercerita. Dan untuk memahami itu, membaca naskah orang lain adalah latihan mendasar. Jujur saja, meskipun sudah banyak yang menyarankan saya melakukan ini, tapi saya sering malas membongkar dan menyelami lebih dalam naskah orang lain. Diawali dengan rasa terpaksa, perlahan saya memahami manfaat proses ini.

Ternyata membaca tidak hanya sekadar menelan kata demi kata, dan menulis tidak hanya sekadar mengetik kata demi kata. Ternyata proses membaca dan membedah naskah, ketukan demi ketukan, adegan demi adegan, babak demi babak, akan membantumu memahami proses penulisan film dengan lebih baik. Tentu saja saya akan membahas ini lebih dalam di artikel lain, di #SiasatSinema mungkin.

Sebagai Pengelola Bisnis: Kreativitas Adalah Manajemen

Salah satu bagian yang menantang sepanjang 2019 adalah membagi waktu antara menulis skenario film dengan kegiatan operasional Studio Antelope sebagai perusahaan. Saya sering berkelakar, ekspektasi awal seseorang membangun perusahaan sendiri adalah untuk berkarya dengan bebas, tetapi percayalah kenyataannya tak seindah itu. Mendirikan perusahaan akan mengikatmu ke banyak urusan pengerjaan dokumen, yang juga tidak bisa disepelekan.

Saya semakin percaya bahwa kreativitas adalah persoalan manajemen. Saya percaya ide kreatif diciptakan dalam situasi yang teratur dan terkendali. Tentu saja tidak harus dan tidak selalu, karena setiap orang dan kelompok punya cara kerjanya sendiri. Akan tetapi saya dan Studio Antelope selalu meyakini kreativitas hanya bisa dilahirkan melalui budaya kerja yang baik, terstruktur, dan teratur.

Sebagai Pribadi: Mendengarkan Adalah Sebuah Seni

Tiga aktivitas utama yang sudah saya ceritakan di atas ternyata memberikan pelajaran tersendiri bagi saya secara pribadi. Ketika menulis naskah, saya mau tak mau mendengarkan anjuran dan masukan. Sementara itu dalam mengelola perusahaan pun, mendengarkan dan menyelesaikan masalah merupakan makanan sehari-hari, pun begitu dalam kehidupan pribadi.

Bicara soal mendengarkan, satu hal yang saya pelajari adalah ternyata mendengarkan merupakan keahlian tersendiri. Terlalu mendengar dan menelan mentah-mentah bisa jadi bahaya, sementara tidak mendengarkan sama sekali pun bisa jadi petaka. Mendengarkan adalah seni untuk mencerna pendapat, memahami intisari, dan melaksanakan tindakan. Dengan demikian saya meyakini bahwa mendengarkan adalah sebuah seni tersendiri.

2020 akan tiba sebentar lagi. Saya yakin banyak hal baru yang akan saya pelajari di tahun yang akan datang. Bagaimana dengan kamu sendiri? Apa pelajaran penting dan berharga yang kamu dapatkan sepanjang 2019? Dan bagaimana kesiapan-mu menyambut 2020?

No Comments

Post A Comment
×

Hello! Please contact our team below according to your needs.

× How can I help you?